Thursday, November 26, 2009

2012


Sabtu, 21 November 2009, bersama istri berencana nonton film ini, dengan asumsi kalau nonton jam2 biasa masih antri, akhirnya kami berencana nonton midnight. Jam 22.00 kami berangkat ke Hoolywood KC di jl. Gatot Subroto, ngejar jam pertunjukan 22.45. Sampai di sana, ternyata tiket sudah terjual habis, akhirnya kami memilih jam pertunjukan 00.15.
Alamak... ternyata yang tersisa hanya deretan paling depan. Setelah berunding, kami putuskan tetap beli tiket, kadung dah sampai situ, dan kondisi jl Gatot Subroto malam itu masih dalam keadaan macet. Kami dapat tempat di kursi P2 & P3, deretan paling depan dan pinggir sebelah kanan layar.... hanya beda 1 kursi dari dinding teater......hiks!
Dengan menahan leher yang pegel karena karena posisi yang miring, kami nikmati sajian effect visual yang dahsyat..

Cerita bermula dari penelitian ilmuwan di India, Dr Satnam Tsurutani (Jimi Mistry) yang menemukan bahwa inti bumi terus memanas. Satnam mengundang sahabatnya sekaligus ilmuwan Amerika, Dr Adrian Helmsley (Chiwetel Ejiofor), untuk datang melihat penelitian tersebut. Adrian terkejut melihat inti bumi yang terus memanas. Peningkatan derajat panasnya pun terus naik dengan cepat. Adrian buru-buru kembali ke Amerika untuk bertemu kepala staf presiden, Carl Anheuser (Oliver Platt). Carl yang semula meremehkan temuan bumi terus memanas itu langsung terkejut dan merespons.
Adegan lalu berlanjut ke pertemuan G8. Di sini, Presiden Amerika Thomas Wilson (Danny Glover), menyampaikan kepada para petinggi dunia bahwa bumi akan dilanda musibah besar terkait inti bumi yang terus memanas. Suatu proyek rahasia dengan skala global yang melibatkan sebagian besar pemerintahan negara-negara besar dunia diam-diam dimulai. Yaitu membangun enam atau tujuh kapal besar yang mampu bertahan menghadapi hempasan tsunami raksasa. Kapal itu dibangun di sebuah tempat yang rahasia sekali di daratan Cina. Tentu saja, keseluruhan proyek ini adalah rahasia kelas wahid. Prediksi tentang bencana global yang mengerikan itu juga sama sekali tak diberitahukan ke publik, sampai detik-detik terakhir, khawatir akan menimbulkan kekacauan global.
Memasuki 2012, pemerintah semakin sibuk melakukan persiapan penyelamatan manusia dari musibah yang dipercaya sebagai kiamat. Sementara itu, di lain tempat digambarkan seorang penulis buku Jackson Curtis (John Cusack) datang ke rumah mantan istrinya, Kate Curtis (Amanda Peet), untuk menjemput anak mereka, Noah dan Lily, berkemah.
Setibanya di lokasi perkemahan Yellowstone, Jackson ingin menunjukkan danau tempat keluarga ini dulu sering berkemah ketika belum bercerai. Sayang, di depan jalan masuk ke danau terpampang larangan memasuki area. Jackson dan dua anaknya nekat menerobos masuk dan rupanya danau itu lenyap karena proses pemanasan bumi. Di lokasi perkemahan itu, Jackson bertemu Charlie Frost (Woody Harrelson), seorang penyiar radio yang berpenampilan seperti orang gila. Berkat Charlie, Jackson tahu bahwa bumi terancam musnah. Jackson pun diberi bocoran oleh Charlie, ada sebuah peta berisi pesawat yang dapat menyelamatkan manusia dari kehancuran bumi.
Ketika pulang dari perkemahan, Jackson kembali bekerja kepada bosnya, Yuri Karpov (Zlatko Buric). Jackson diminta mengantar dua anak kembar Yuri, Alec (Alexandre Haussmann) dan Oleg (Philippe Haussmann) ke bandara.Jackson mulai memercayai omongan Charlie tentang kiamat ketika dia menyaksikan jalan yang dipijaknya di bandara terbelah karena gempa. Jackson lalu menyewa pesawat dan seorang pilot untuk menyelamatkan keluarganya dengan bayaran jam tangan mahal miliknya.
Mulai dari sini, ketegangan dan kengerian gambaran kiamat ditampilkan. Jackson yang ngebut mengemudikan limusinnya menuju rumah Kate di Pasadena, California, nyaris terlambat. Rumah Kate yang dihuni bersama anak mereka dan pacar Kate, Gordon Silberman (Tom McCarthy), nyaris hancur karena gempa. Adegan demi adegan memacu adrenalin dan membuat Anda menahan napas. Jackson mengemudikan mobil berusaha menghindari jalanan yang amblas akibat gempa. Bangunan semua hancur, rontok berkeping-keping. Jalan layang roboh dan amblas ditelan bumi.
Jackson, Kate, Noah, Lily, dan Gordon berhasil mencapai bandara. Sayang, pilot yang disewa itu tewas karena gempa. Jadilah Gordon yang baru belajar mengemudikan pesawat kecil, dipaksa menjadi pilot dadakan. Pesawat kecil itu hampir jatuh ke dalam perut bumi karena landasan pacu terbelah. Akhirnya, mereka selamat. Dari dalam pesawat, mereka menyaksikan daratan merangsek masuk ke dalam laut seperti piring makanan yang dicelupkan ke dalam bak air.
Di lain tempat, Dr Adrian dibuat terkejut dengan derajat panas bumi yang terus naik dalam hitungan jam. Kiamat yang diperkirakan masih jauh, ternyata tinggal beberapa hari lagi. Upaya penyelamatan mulai dilakukan pemerintah. Sayang, Presiden Thomas menolak dievakuasi. Thomas memutuskan tidak ikut naik pesawat menuju China, tempat disediakannya 'Bahtera Besi' yang dapat menyelamatkan manusia. Thomas bersama stafnya masih sempat mengunjungi korban gempa yang dirawat di area terbuka. Saat itulah gempa berkekuatan besar kembali mengguncang.
Setelah gempa reda, apa yang dilihat Thomas sungguh mengerikan. Di kejauhan ombak laut terlihat bergulung-gulung ribuan meter tingginya. Kapal perang Amerika, John F Kennedy, yang luar biasa besar seolah dimuntahkan dari laut dan jatuh menimpa Thomas dan korban lainnya. Gambaran betapa dahsyat dan mengerikannya kiamat tak berhenti sampai di situ. Adrian yang berada di pesawat evakuasi menuju China menyaksikan dari layar pemantau bahwa gempa besar hingga 9 Skala Richter lebih menimpa berbagai belahan bumi. Itu disusul dengan terjangan tsunami di mana-mana. Bisa ditebak, bumi mengalami kehancuran total.
Bahkan, lempeng Pasifik runtuh. Kutub Selatan pun bergeser ribuan mil jauhnya. Pegunungan Himalaya juga berubah, tak lagi menjadi puncak tertinggi dunia. Posisinya digantikan Cape of Good Hope di Afrika. Singkat cerita, Adrian dan staf kepresidenan tiba di China untuk naik ke kapal besar yang disebut 'Bahtera Besi'. Warga biasa yang hendak naik pesawat ini sudah memesan kursi dari jauh-jauh hari dengan harga 1 juta euro per orang.
Jackson dan keluarganya sebagai tokoh protagonis di film ini berhasil mencapai Bantera Besi di China. Mereka masuk ke pesawat sebagai penumpang gelap dengan dibantu sebuah keluarga China yang baik hati. Kendala terjadi. Proses penyusupan mereka kurang lancar. Gordon tewas karena mendadak pintu gerbang kapal membuka. Ketika hendak tertutup lagi, pintunya macet gara-gara ada kabel yang menghalangi.
Siapapun yang pernah membaca kisah tentang Nabi Nuh, sebetulnya akan segara tahu bahwa kerangka film ini memang diambil dari kisah itu.
Kalau ada yang menafsirkan bahwa film ini ini adalah film tentang kiamat, menurut gw film ini bukanlah film tentang hari kiamat. Ini adalah film tentang bencana alam global yang dahsyat. Bencana ini tidak membuat dunia musnah dan manusia hilang dari pemukaan bumi. Dunia masih terus ada setelah bencana besar itu, dan manusia selamat dari hempasan tsunami global untuk akhirnya menemukan kembali “dunia dan kehidupan baru” di Afrika, tepatnya di Semenanjung Harapan (Cape of Good Hope di Afrika Selatan).
Apapun perdebatan orang tentang film ini, menurut gw, nikmati saja semua effect visual yang dahsyat di film ini. Tidak kurang tidak lebih.

Tapi, menonton dengan posisi duduk seperti gw gini, kayaknya harus nonton lagi nih... tapi nunggu sepi antrian dulu... (ada yang mau ngajak ?.... ;p)





Monday, November 23, 2009

SELAMAT JALAN SAHABAT



Peringatan 7 hari kepergian alm.


Kembali gw kehilangan sahabat semasa SMA..
Erry Firmansyah Rasidi teman gw di kelas 2 IPA 10 SMA XI Bulungan dipanggil oleh Yang Maha Kuasa
pada hari Senin, 16 Nopember 2009.
Pagi, pukul 09.50 gw dapat sms dari temen gw Ferhat yang isinya mengabarkan kepergian Erry 15 menit yang lalu.
Inalilalhi wa inaillaihi rojiun... Kaget juga mendengar kabar tersebut.
Terakhir ketemu almarhum saat reuni di rumah Avi di bilangan Pondok Indah. Ketika itu almarhum sempat bercerita tentang penyakitnya. Dan itu adalah terakhir kali gw ketemu almarhum. Ingin rasanya melayat dan mengantar kepergiannya sampai ke makam, tapi sayang gw juga dapat sms dari temen kantor, bahwa dia sakit dan tidak bisa masuk hari itu, akibatnya gw gak bisa datang melayat ke rumah almarhum.
Tapi ketika diadakan acara 7 hari kepergian almarhum, sebagian temen2 sekelas sewaktu SMA hadir di rumah almarhum, termasuk gw.
Istri almarhum bercerita tentang detik-detik kepergian almarhum, yang diawali dengan rasa sesak nafas, kemudian duduk lemas di sofa, kemudian mengantarkannya ke rumah sakit, hingga berpulangnya almarhum sebelum tiba di rumah sakit (Jakarta selalu macet di pagi hari).
Akhirnya kami hanya bisa berucap dan berdo'a ...
Selamat jalan sahabat, semoga dilapangkan jalanmu.....
Amin Ya Robbal Alamin